Beranda | Artikel
Dermawan 100%
Senin, 17 Oktober 2022

Salah satu karakter terpuji yang disukai Islam adalah: kedermawanan dan sifat pemurah. Banyak dalil dan menunjukkan hal tersebut. Di antaranya firman Allah ta’ala,

وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ”.

Artinya: “Barang siapa dihindarkan dari sifat pelit, maka merekalah orang-orang yang beruntung”. QS. At-Taghâbun (64): 16.

Namun, manakala berbicara tentang kedermawanan, anggapan kebanyakan orang adalah kedermawanan menggunakan harta. Padahal, sebenarnya bukan hanya itu saja. Kedermawanan yang hakiki adalah mendermakan apa yang dimiliki, apapun itu.

Imam Ibn al-Qayyim (w. 751 H) menyebutkan bahwa kedermawanan itu ada sepuluh tingkatan:

  1. Mendermakan jiwa untuk agama Allah. Dengan cara mengorbankannya demi membela agama Allah dengan cara-cara yang dibenarkan syariat. Ini merupakan tingkat kedermawanan tertinggi.
  2. Mendermakan jabatan, dengan mempergunakannya untuk kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadi.
  3. Mendermakan waktu istirahat dan kenyamanan pribadi, untuk membantu orang lain. Meskipun akan berakibat ia letih secara fisik.
  4. Mendermakan ilmu, dengan mengajarkannya. Berderma dengan ilmu lebih tinggi dibanding berderma dengan harta, sebab ilmu lebih mulia dibanding harta.
  5. Mendermakan kedudukan sosial, dengan cara memanfaatkannya untuk melancarkan urusan orang lain. Sebagaimana ilmu perlu dizakati, kedudukan sosial pun perlu dizakati
  6. Mendermakan fisik, dengan mempergunakannya untuk menolong orang lain. Seperti: membantu mengangkatkan barang belanjaan, membantu menyapu halaman dan yang semisal.
  7. Mendermakan kehormatan, dengan cara memaafkan orang-orang yang menggunjing atau menghinanya.
  8. Mendermakan kesabaran, dengan cara menahan diri manakala emosi.
  9. Mendermakan akhlak mulia, wajah berseri dan keramahan.
  10. Berderma dengan meninggalkan keinginan untuk memiliki apa yang dimiliki orang lain. Jika tidak bisa berbagi dengan orang lain, maka berdermalah dengan cara tidak mengambil milik orang lain.[1]

Seorang muslim seyogyanya berusaha untuk menumbuhsuburkan dalam dirinya sifat dermawan, dengan berbagai jenisnya, semampu yang bisa ia praktekkan. Semoga Allah ta’ala berkenan membantu kita untuk itu, amien…

@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, Kamis, 4 Dzulqa’dah 1433 / 20 September 2012

 


[1] Lihat: Madârij as-Sâlikîn (II/293-296).


Artikel asli: https://tunasilmu.com/dermawan-100/